Powered By Blogger

Rabu, 10 Oktober 2012

SURAT UNTUK KAKAK

Hari ini aku menangis. Kak, dapatkah kau dengar isakannya? Disini aku sendiri. Menahan pilu yang sebenarnya tak tertahankan. Jika kau ada disampingku kini, mungkin dengan lembut kau akan bertanya padaku, “Apa yang membuatmu menangis sayang?” dan aku pun akan langsung memeluk tubuhmu erat, menumpahkan sebagian tangisku yang masih tertahankan di dalam dada.

Kemudian kan ku ceritakan segala kesedihanku. “Kak, mama memarahiku”. Lalu, kemudian mungkin kau akan menjawab “Sudah biasa kan seperti itu jika kamu membuat mama marah dan kesal? Lalu kenapa hal biasa itu membuatmu menangis?” Dan akupun akan mulai keluh dan kesahku padamu : “Mama kembali membandingkan aku dengan anak yang lainnya kak. Beliau selalu bilang bahwa aku tak bisa membantunya, aku malas, aku tidak tahu pekerjaan,dll. Saat kubilang setiap anak itu berbeda, dan tidak bisa disamaratakan antara satu dan lainnya. Mama pun kembali menjawab, si A juga pintar tapi tidak malas, si B juga dapat beasiswa sepertimu tapi juga tetap membantu pekerjaan rumah, si C juga telah bekerja dan bisa membeli mobil untuk keluarganya. Lalu apa yang bisa dibanggakan dari aku? Katanya. Aku tidak pernah membantunya”.

Segala yang kulakukan demi orang tua kita baginya bisa dihitung dalam hitungan jari dan tak berarti apa-apa. Aku hanya ingin dianggap kak. Rasanya ingin bilang “Biar mereka saja yang menjadi anak mama, biar mama bahagia”. Aku jengah jika setiap saat beliau terus membandingkanku dengan anak-anak yang lain. Ingin rasanya aku bilang “Ma, yang terlihat di mata kita, belum tentu sesuai kenyataannya”. Mungkin saja mereka yang sering dibanggakan mamaku juga sering membuat orang tuanya repot, dan tidak sebaik yang mamaku pikir.

Kak… rasanya  aku ingin cepat bekerja. Keluar dari rumah ini, walau tak sepenuhnya meninggalkan. Aku tetap menyayangi mereka, menghormati mereka. Tapi aku ingin tinggal ditempat lain. Yang teman-temanku sebut dengan kata ‘ngekos’. IYA. Aku ingin nge-kos. Pindah dari rumah ini, biar tak kurasakan lagi makian mama. Agar tak kurasakan lagi kata-kata pedasnya yang menusuk hatiku.
Jangan kau pikir aku membencinya kak, tidak. Aku menyayanginya dengan sepenuh hatiku. Pikiranku pun menyadari bahwa dia IBU-ku. Yang telah melahirkan aku, dan dibawah telapak kakinyalah syurga yang selalu kita dambakan. Tapi kak, apa harus dengan cara makian seperti ini yang kuterima. Kadang aku berpikir, dimana akar permasalahannya. Aku yang malas dan tidak tau kerjaan, serta mama yang selu bertindak menyuruh bukan mengajak. Yang kadang aku benci selalu diperintah. Ketika dia menyuruhku membersihkan rumah, dia menyuruh sampai aku merasa layaknya pembantu, inginku dia mengajak “Ayo, sayang kita bersihkan rumah.” Inginku seperti itu. Lalu setiap hal yang telah kulakukan, itu seperti tak tampak di matanya. Hal kecil memang, tapi aku merasa senang tlah membantunya. Tapi dia selalu bilang bahwa AKU TIDAK PERNAH MEMBANTUNYA. Lalu sia-siakah yang telah aku lakukan selama ini untuknya? Semampuku membahagiakannya? Tapi ternyata memang sia-sia. Iya kak, sia-sia.

Mungkin lebih baik jika aku pergi dari rumah, mengurus kehidupanku sendiri, yang selama ini katanya aku selalu bergantung pada mama. Mungkin biar saja aku bertanggung jawab sendiri atas hidupku dan tak lagi merepotkannya. Ya, semoga kelak aku bisa. Bisa segera pergi dari rumah itu. Ingat ya kak, aku bukan meninggalkan rumah dengan melepas tanggung jawab sebagai anak. Jika cukup upah kerjaku nanti, kan selalu kukirim biaya hidup untuk mereka, kan kuusahakan memenuhi segala kebutuhannya. Bukan untuk menghindar dari cacian kak. Tapi mungkin lebih untuk memberi ketenangan pada mama agar tak sering marah-marah.

Andai kau benar-benar ada disini kak, iya aku rindu sekali… rindu sekali padamu. Rindu bercerita kesedihan dan kesenanganku setiap hari. Yaaah, tapi kurasa itu tidak mungkin ya. Aku kan hanya anak pertama yang selalu merindukan sosok seorang kakak.
Salam tersayangku untuk sosokmu yang tak bisa kujamah, sosok yang selalu kurindukan, namun tak pernah kupunya. Peluk terhangat dari seseorang yang ingin menjadi adik yang bahagia mempunyai kakak…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar