Hari ini aku menangis. Kak, dapatkah kau
dengar isakannya? Disini aku sendiri. Menahan pilu yang sebenarnya tak
tertahankan. Jika kau ada disampingku kini, mungkin dengan lembut kau
akan bertanya padaku, “Apa yang membuatmu menangis sayang?” dan aku pun
akan langsung memeluk tubuhmu erat, menumpahkan sebagian tangisku yang
masih tertahankan di dalam dada.
Kemudian kan ku ceritakan segala
kesedihanku. “Kak, mama memarahiku”. Lalu, kemudian mungkin kau akan
menjawab “Sudah biasa kan seperti itu jika kamu membuat mama marah dan
kesal? Lalu kenapa hal biasa itu membuatmu menangis?” Dan akupun akan
mulai keluh dan kesahku padamu : “Mama kembali membandingkan aku dengan
anak yang lainnya kak. Beliau selalu bilang bahwa aku tak bisa
membantunya, aku malas, aku tidak tahu pekerjaan,dll. Saat kubilang
setiap anak itu berbeda, dan tidak bisa disamaratakan antara satu dan
lainnya. Mama pun kembali menjawab, si A juga pintar tapi tidak malas,
si B juga dapat beasiswa sepertimu tapi juga tetap membantu pekerjaan
rumah, si C juga telah bekerja dan bisa membeli mobil untuk keluarganya.
Lalu apa yang bisa dibanggakan dari aku? Katanya. Aku tidak pernah
membantunya”.
Segala yang kulakukan demi orang tua kita
baginya bisa dihitung dalam hitungan jari dan tak berarti apa-apa. Aku
hanya ingin dianggap kak. Rasanya ingin bilang “Biar mereka saja yang
menjadi anak mama, biar mama bahagia”. Aku jengah jika setiap saat
beliau terus membandingkanku dengan anak-anak yang lain. Ingin rasanya
aku bilang “Ma, yang terlihat di mata kita, belum tentu sesuai
kenyataannya”. Mungkin saja mereka yang sering dibanggakan mamaku juga
sering membuat orang tuanya repot, dan tidak sebaik yang mamaku pikir.
Kak… rasanya aku ingin cepat bekerja. Keluar
dari rumah ini, walau tak sepenuhnya meninggalkan. Aku tetap menyayangi
mereka, menghormati mereka. Tapi aku ingin tinggal ditempat lain. Yang
teman-temanku sebut dengan kata ‘ngekos’. IYA. Aku ingin nge-kos. Pindah
dari rumah ini, biar tak kurasakan lagi makian mama. Agar tak kurasakan
lagi kata-kata pedasnya yang menusuk hatiku.
Jangan kau pikir aku membencinya kak, tidak.
Aku menyayanginya dengan sepenuh hatiku. Pikiranku pun menyadari bahwa
dia IBU-ku. Yang telah melahirkan aku, dan dibawah telapak kakinyalah
syurga yang selalu kita dambakan. Tapi kak, apa harus dengan cara makian
seperti ini yang kuterima. Kadang aku berpikir, dimana akar
permasalahannya. Aku yang malas dan tidak tau kerjaan, serta mama yang
selu bertindak menyuruh bukan mengajak. Yang kadang aku benci selalu
diperintah. Ketika dia menyuruhku membersihkan rumah, dia menyuruh
sampai aku merasa layaknya pembantu, inginku dia mengajak “Ayo, sayang
kita bersihkan rumah.” Inginku seperti itu. Lalu setiap hal yang telah
kulakukan, itu seperti tak tampak di matanya. Hal kecil memang, tapi aku
merasa senang tlah membantunya. Tapi dia selalu bilang bahwa AKU TIDAK
PERNAH MEMBANTUNYA. Lalu sia-siakah yang telah aku lakukan selama ini
untuknya? Semampuku membahagiakannya? Tapi ternyata memang sia-sia. Iya
kak, sia-sia.
Mungkin lebih baik jika aku pergi dari rumah,
mengurus kehidupanku sendiri, yang selama ini katanya aku selalu
bergantung pada mama. Mungkin biar saja aku bertanggung jawab sendiri
atas hidupku dan tak lagi merepotkannya. Ya, semoga kelak aku bisa. Bisa
segera pergi dari rumah itu. Ingat ya kak, aku bukan meninggalkan rumah
dengan melepas tanggung jawab sebagai anak. Jika cukup upah kerjaku
nanti, kan selalu kukirim biaya hidup untuk mereka, kan kuusahakan
memenuhi segala kebutuhannya. Bukan untuk menghindar dari cacian kak.
Tapi mungkin lebih untuk memberi ketenangan pada mama agar tak sering
marah-marah.
Andai kau benar-benar ada disini kak, iya aku
rindu sekali… rindu sekali padamu. Rindu bercerita kesedihan dan
kesenanganku setiap hari. Yaaah, tapi kurasa itu tidak mungkin ya. Aku
kan hanya anak pertama yang selalu merindukan sosok seorang kakak.
Salam tersayangku untuk sosokmu yang tak bisa
kujamah, sosok yang selalu kurindukan, namun tak pernah kupunya. Peluk
terhangat dari seseorang yang ingin menjadi adik yang bahagia mempunyai
kakak…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar